AKHLAKUL
KARIMAH : SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN REMAJA
(Wurdono/DKM
Al-Barkah, Kelapa Dua)
Pengantar
Sejak zaman dahulu sampai sekarang remaja selalu menjadi
pusat perhatian setiap komponen masyarakat seperti orang tua, organisasi sosial,
agama, masyarakat umum, dan lainnya. Bahkan remaja menjadi perhatian bangsa dan negara di mana pun. Besarnya
perhatian dari berbagai kalangan ini disebabkan karena banyaknya ekspektasi
(harapan) dari berbagai kalangan dengan banyaknya potensi yang dimiliki oleh remaja.
Harapan-harapan itu di
antaranya, orang tua berharap remaja
menjadi anak yang berbakti dan pahlawan keluarga. Pendidik berharap agar remaja
menjadi anak yang cerdas (intelek) dan bermoral. Agama berharap remaja menjadi
orang yang beriman dan bertaqwa serta berahlak mulia. Masyarakat umum berharap
agar remaja menjadi calon pemimpin dalam organisasi, menjadi pencipta kedamaian
dan ketertiban. Sedangkan harapan bagi bangsa dan negara adalah pelanjut
pembangunan bangsa ke depan yang berkualitas, kontrol sosial agen perubahan,
atau pelopor dan pelaksana kegiatan yang berbasis kemasyarakatan dan umat.
Namun kenyataannya remaja sering kurang menyadari potensi dirinya
yang begitu besar, sering melakukan penyimpangan perilaku berupa premanisme,
hura-hura, konsumsi obat-obat terlarang, seks bebas, tawuran, dan lain-lain.
Untuk mewujudkan harapan- harapan tersebut di atas, perlu langkah-langkah
strategis. Upaya-upaya yang dilakukan selama ini misalnya, menekankan pembinaan
remaja di lingkungan keluarga dan melalui pendidikan formal (sekolah). Di
samping itu, pemerintah juga giat mengadakan seminar atau pelatihan mengenai
remaja dan membentuk organisasi remaja di bawah naungan instansi tertentu.
Demikian pula masyarakat umum membentuk berbagai macam lembaga atau organisasi
pemuda, baik yang berciri sosial kemasyarakatan, pendidikan, agama, politik,
maupun lembaga pemuda yang bercirikan aliran tertentu.
PENGERTIAN REMAJA
Dalam berbagai literatur definisi tentang remaja
bermacam-macam, namun secara sederhana orang menyebutkan bahwa remaja itu adalah manusia yang berada pada batas usia
sesudah masa anak-anak dan belum dewasa. Batasan remaja menurut usia kronologis, yaitu antara
13 hingga 18 tahun. Ada juga yang membatasi usia remaja antara 11 hingga 22
tahun.
Ada juga yang membagi remaja berdasarkan kelompok,
yaitu :
a. Remaja awal : antara 11
hingga 13 tahun
b. Remaja pertengahan: antara
14 hingga 16 tahun
c. Remaja akhir: antara 17
hingga 19 tahun.
Usia sesudah remaja adalah pemuda. Usia pemuda ada yang menyebutkan antara
20 sampai dengan 40 tahun.
Apapun definisinya, yang terpenting perlu diketahui bersama bahwa masa remaja adalah
masa transisi dari masa anak-anak akan menuju ke masa dewasa, karena itu
memiliki banyak permasalahan yang disebabkan oleh adanya tuntutan psikologis
dan biologis. Karena itu perlu penanganan secara bersama-sama oleh semua unsur
masyarakat.
MASALAH-MASALAH REMAJA
Ada minimal tiga badai yang akan mengguncang
masa remaja ini. Pertama, badai otoritas. Pada masa ini remaja cenderung
bersikap mudah terpengaruh (dependen).
Remaja akan banyak diterpa oleh otoritas-otoritas lain yang mampu memengaruhi
sikapnya. Independensi didapat melalui penghargaan atas otoritas orang tua,
teman sebaya, guru maupun orang yang dituakan.
Kedua, badai rangsangan emosi. Remaja
menunjukkan emosi yang labil sehingga mudah dipengaruhi oleh rangsangan emosi
di luar dirinya. Remaja akan terdorong bertindak agresif hanya dengan
dipanas-panasi oleh teman sepermainannya. Ketiga, badai ego. Remaja cenderung
menunjukkan keakuannya pada orang lain. Kebutuhan untuk diakui bisa menjerat
remaja pada tindakan yang dilarang oleh norma. Dengan kata lain, remaja bisa
saja melakukan tindakan yang melanggar norma asal dirinya bisa diakui oleh
orang lain. Tiga badai di atas sangat memungkinkan remaja terantuk pada posisi
oleng : melakukan berbagai perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang ada
di masyarakat.
Pada zaman ini, ada badai besar yang bisa
menggulung siapa saja yang tidak cakap mengendalikannya, yakni badai informasi.
Memang, tidak hanya remaja saja yang akan terpengaruh oleh badai informasi ini.
Tapi, badai informasi akan melengkapi ancaman tiga badai seperti tersebut di
atas. Ciri adanya badai ini adalah makin tidak terbendungnya arus informasi
seiring dengan makin mudah didapatnya teknologi informasi. Remaja bisa dengan
mudah memamah informasi tentang apapun. Bisa dipastikan, hampir semua remaja di
kota sudah familier dengan handphone, bahkan bisa berganti-ganti model sesuai
tren terbaru. Internet sudah bisa diakses sampai ke pelosok, di mana saja dan
kapan saja. Internet menyediakan beragam informasi dan pengetahuan sesuai
kebutuhan penggunanya hanya dengan satu dua kali menekan tuts keyboard.
Televisi menjadi penyedia layanan informasi yang paling banyak dikonsumsi, terlebih
banyak handphone yang sudah memiliki fasilitas gambar hidup itu. Media cetak
beragam jumlahnya dan mampu memenuhi beragam hobi dan minat setiap orang.
Derasnya informasi yang mengalir ke segala penjuru ruang sosial di masyarakat tentunya akan memengaruhi pengguna informasi itu. Informasi yang dikenyam akan memengaruhi cara pandang, sikap, perilaku, gaya hidup, dan kebiasaan seseorang. Sebagai misal, belajar tidak harus tatap muka langsung dalam kelas tapi bisa dengan jarak jauh via internet (e-learning). Berdiskusi tidak harus bersua langsung tapi bisa lewat mailinglist. Belanja tidak harus ke supermarket tapi tapi dapat dilakukan dalam kamar dengan menggunakan jasa belanja online. Berkirim kabar tidak lagi harus pakai surat via pos tapi bisa langsung pakai layanan pesan singkat (sms) atau e-mail.
Sikap yang menyimpang akibat pengaruh badai
tersebut di atas dapat diinventarisasi dalam berbagai kasus seperti (1) tawuran
antar remaja/ pelajar, (2) arogansi, (3) hura-hura, (3) geng, (4) tindak
kriminal, (5) melawan aturan/ hukum, (6) seks/ pergaulan bebas, (7) minuman
keras, (8) obat terlarang, (9) berbohong, (10) meninggalkan tugas/ kewajiban,
dan lain-lain.
PEMBINAAN AKHLAK SEBAGAI SOLUSI TERHADAP PERMASALAHAN REMAJA
Banyaknya permasalahan remaja, perlu disadari oleh remaja. Bahwa
badai-badai permasalahan yang terus mengikis nilai-nilai idealisme, nilai-nilai
kebenaran, harus dicegah sehingga masa depan remaja akan cerah sebagaimana
harapan orang tua, guru, agama, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Remaja
perlu merefleksikan/ merenungkan masa depannya dan perlu bangkit, semangat,
untuk menjemput masa depan cerah yang terhampar luas. Jalan keluar menjemput
masa depan cerah tersebut melalui jalan agama, melalui perbaikan akhlak.
Mengapa harus akhlak? Rasulallah SAW bersabda : “Hanya saja aku
diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak” (HR : ……..). Pada hadits lain
disebutkan : “Tidak beragama bagi orang yang tidak baik akhlaknya” (HR :….).
Jika difahami kedua hadits ini maka fungsi utama agama (Islam) adalah untuk
memperbaiki akhlak manusia.
Akhlak diartikan dengan prilaku seseorang secara spontan dengan
dilandasi oleh nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang melekat pada akhlak
dilandasi oleh nilai-nilai agama, sehingga akhlak akan bersifat universal dan
permanen. Hal ini berbeda dengan moral yang lebih bersifat lokal, dengan
nilai-nilainya dilandasi oleh budaya dan adat istiadat, karena itu moral
cenderung bersifat lokal dan mengalami perubahan seiring dengan perubahan
zaman. Contoh, dalam berpakaian menurut ajaran Islam (akhlak) bahwa berpakaian
itu harus menutupi aurat. Pernyataan ini selain menutup bagian-bagian yang
secara syar’I harus ditutup pakaian juga tidak boleh menampakkan lekuk tubuh.
Tentang model pakaian diserahkan kepada zamannya. Sedangkan menurut moral,
pakaian itu yang penting pantas sesuai adat istiadat dan budaya di mana manusia
itu hidup. Maka tidak heran jika pakaian manusia primitive cukup memakai
sehelai kain atau hanya memakai koteka. Bahkan karena moral ini tergantung pada
budaya maka tidak menutup kemungkinan suatu saat manusia berpakaian seperti
zaman primitive dahulu kala.
Perhatikan firman Allah SWT : “Dan janganlah kamu campakan
dirimu
ke dalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri. Dan
berbuat baiklah, sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik”. (QS . 2:195.
1.
Akhlak terhadap Allah SWT
Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah
sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya,
pencipta jagad raya dengan segala isinya , Allah adalah pengatur alam semesta
yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam
kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal ini mengakar
dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa
Allah-lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.
Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah :
a. Taat terhadap perintah-perintah-Nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS.4:65): “Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW juga menguatkan makna ayat di atas dengan bersabda (yang artinya): “Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan Sunnah).” (HR.Abi Ashim al-syaiban)
b. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.
Rasulullah SAW pernah bersabda (yang artinya):
Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya),
“ Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya”.(HR. Muslim)
c. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya.
Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah :
a. Taat terhadap perintah-perintah-Nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS.4:65): “Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW juga menguatkan makna ayat di atas dengan bersabda (yang artinya): “Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan Sunnah).” (HR.Abi Ashim al-syaiban)
b. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.
Rasulullah SAW pernah bersabda (yang artinya):
Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya),
“ Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya”.(HR. Muslim)
c. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya.
d. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam al-Qur’an Allah berfirman(QS.3:135):
“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.”
e. Obsesinya adalah keridhaan Ilahi.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam al-Qur’an Allah berfirman(QS.3:135):
“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.”
e. Obsesinya adalah keridhaan Ilahi.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT.
f. Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. baik ibadah yang bersifat mahdhah, atauppun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakekatnya, seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS.51:56):
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
g. Banyak membaca Al-Qur’an.
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya.
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. baik ibadah yang bersifat mahdhah, atauppun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakekatnya, seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS.51:56):
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
g. Banyak membaca Al-Qur’an.
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya.
2. Akhlak terhadap Rasulallah SAW
Seorang
muslim meyakini bahwa Rasulallah, Muhammad SAW, adalah seorang manusia agung
yang maksum. Beliau yang membawa ajaran yang benar yang menuntun manusia ke
dalam keselamatan dunia dan akhirat. Karena itu seluruh ucapannya dan
perbuatannya harus kita jadikan rujukan dalam beribadah dan bermuamalah.
Beliau
telah menjelaskan seluruh ajaran yang Allah wahyukan kepadanya. Tidak satu pun
ajaran yang membawa manusia ke surge atau peringatan masuk neraka melainkan
telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kita tidak boleh menambah-nambah
amalan dan tata cara beribadah tanpa contoh darinya. Apalagi kita berkata dusta
atas namanya, ancamannya adalah hukuman yang sangat berat yaitu siksa neraka.
3.
Akhlak terhadap Kedua Orang Tua
Mengingat keterbatasan waktu maka akhlak
kepada kedua orang tua didahulukan
pembahasannya. Hal ini dikarenakan pentingnya seorang remaja memiliki
akhlak mulai terhadap kedua orang
tuanya.
“Ridho Allah adalah ridho kedua orang tuanya
dan murka Allah karena murka kedua orang tuanya”.
Begitu terhormatnya kedudukan orang tua maka
Allah melarang seorang anak hanya berkata “Uh..” kepada kedua orang tuanya. “(QS.
17 : 23-24). Dan janganlah kamu berkata ufh, dan katakanlah …..”
- Patuh dan taat kepada perintahnya
- Hormat dan merendahkan suara saat berbicara
- Merawat kedua orang tua saat mereka sudah tua
- Selalu mendoakan kedua orang tua
Ada dosa yang
sanksinya didahulukan di dunia ini,
yaitu durhaka kepada kedua orang tua. (Wallahu’alam bishshawab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar